reza darmawan –Setiap ada waktu luang saya selalu menyempatkan diri nongkrong di angkringan bersama sahabat, teman, kolega, bahkan beberapa kali saya mengajak klien nongkrong di angkringan. Sambil menikmati secangkir kopi serta cemilan khas angkringan, kami bisa ngobrol bebas dan tertawa lepas. Materi obrolan mulai kelas berat sampai hanya sekedar candaan selalu renyah jika dibahas sambil minum kopi di angkringan.
Satu hal yang selalu menarik bagi saya dan mengusik rasa ingin tahu (kepo), yakni strategi para pedagang angkringan dalam mengelola bisnis mereka, apalagi ditengah kondisi pandemi seperti sekarang ini. Bagaimana mereka mempertahankan stabilitas ekonomi keluarga mereka disaat situasi ekonomi serba tak menentu.
Disamping penerapan sistem manajemen bisnis ala kadarnya, banyak pedagang angkringan ternyata juga menerapkan sistem manejemen berbasis kalbu. Ya, banyak dari mereka dalam menjalani usaha angkringan hanya berbekal keyakinan, sabar dan bersyukur. Tentu saja selain manajemen kalbu itu, mereka juga menjaga kualitas makanan dan minuman yang dijual, dan satu hal lagi yang juga tak boleh dilupakan adalah mereka selalu berfikir positif dan welcome kepada para pengunjung angkringan.
“Harus ramah sama pembeli, melayani dengan sepenuh hati. Para pembeli bisa merasakan suasana nyaman kalo pedagangnya ramah dan selalu berfikir positif,” ungkap Kang Ryan, pedagang angkringan ketika saya menanyakan kiat menjaga pelanggan.
Banyak pelajaran yang saya dapatkan dari acara nongkrong di angkringan, selain bertemu dengan teman baru yang tentu saja punya banyak cerita. Saya juga seringkali mendapatkan pelajaran bagaimana menjalani hidup disaat keadaan sedang tidak berpihak kepada kita. Salah satunya manajemen kalbu, yakin, bersabar dan bersyukur. Semoga.